(Ceramah Dharmaraja Buddha Lian Sheng di Rainbow Villa Usai Homa Sitatapatra Bhagawati Tanggal 3 Februari 2008)
Sembah
sujud pada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zheng Kong, Gyalwa Karmapa XVI,
Guru Thubten Dhargye. Sembah sujud pada adinata homa Sitatapatra
Bhagawati Pembalik dan Penangkis, sembah sujud pada Triratna Mandala.
Gurudhara, para acarya, dharmacarya, lama, para umat se-Dharma, selamat
siang semuanya.
SITATAPATRA BHAGAWATI PEMBALIK DAN PENANGKIS TERLAHIR DARI LUBANG UBUN-UBUN SANG BUDDHA
Homa
Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis yang diadakan hari ini
memiliki makna yang sangat istimewa. Sitatapatra Bhagawati pembalik dan
penangkis, kekuatan Dharma-Nya sangat tinggi, malah kedahsyatan-Nya
tidak terhingga, oleh karena itu, Ia adalah Dharmapala, Dharmapalawati
seluruh Buddha dan Bodhisattva. Di dalam kitab Sutra Sitatapatra
Bhagawati Pembalik dan Penangkis tercatat, karena perlindungan-Nya,
lahirlah banyak Buddha.
Kelahiran Sitatapatra Bhagawati
juga ada nidananya, tercatat di dalam Kitab Sutra-Nya, dulu setelah
Sakyamuni Buddha menetap satu kurun waktu di dunia manusia, Ia merasa
dunia sangat rumit, ada konflik politik, ada konflik antar manusia, ada
konflik antar aliran agama, ada konflik antar umat se-Dharma, juga ada
guru konflik dengan siswa, siswa konflik dengan guru, berbagai macam
konflik, Ia muak sekali melihatnya, Ia ingin pergi vacation, Ia ingin
istirahat, lebih baik ke mana? Sang Buddha berpikir di dunia manusia
tidak ditemukan tempat vacation yang baik, waktu itu Sang Buddha di
Hindustan, yakni India, selain Sungai Gangga, juga ada gunung salju.
Gunung salju sama sekali tidak ada saljunya, karena nama gunung itu
sendiri adalah gunung salju, di sana juga tidak menyenangkan, Ia juga
sudah pernah ke gunung salju; sering minum air Sungai Gangga, tidak ada
tempat lain yang bisa dikunjungi. Gunung dan sungai sudah tidak ada
yang bisa dikunjungi. Begitu wangsit Sang Buddha bergerak, Ia pun
teringat dengan surga. Yang pertama teringat oleh-Nya adalah Surga
Trayastrimsa yang diceritakan dalam Agama Buddha, yakni tempat Kaisar
Langit, Taoisme mengatakannya Yu Huang Da Di, juga penguasa surga
tengah dari 33 surga.
Lantas, Sang Buddha pun menggunakan
kaki dewa pergi vacation ke Surga Trayastrimsa. Di sana seharusnya
sangat damai, hanya menikmati kebahagiaan, tidak ada penderitaan,
namanya juga surga! Surga Trayastrimsa dari Alam Karmadhatu. Vacation
tetntu saja tidak seperti vacation di Amerika Serikat di mana
orang-orang pergi ke tepi laut untuk berjemur matahari, berenang,
memancing ikan, membaca buku di bawah payung matahari, ada yang
membebaskan diri ke Nude Mile. Sang Buddha bukan, Ia pergi ke Surga
Trayastrimsa, mengundang Penguasa Surga Trayastrimsa memberikan-Nya
sebuah kamar, Ia bermeditasi dan tidur dengan baik di dalamnya, tidak
peduli dengan hal-hal duniawi, apapun dilupakan.
Tepat
saat Ia sedang vacation di Surga Trayastrimsa, Sang Buddha tengah
tertidur, tiba-tiba terdengar teriakan pembunuhan di luar Istana Surga
Trayastrimsa, sekawanan besar bala tentara menyerang Surga
Trayastrimsa, Sang Buddha sangat terkejut. Tempat istana langit ini
didominasi oleh sukha, tidak ada dukha, mana ada suara teriakan
pembunuhan. Penguasa Surga Trayastrimsa pun buru-buru melapor pada Sang
Buddha, memohon pertolongan Sang Buddha. Penguasa Surga Trayastrimsa
berkata, Raja Asura memimpin seluruh bala tentara menyerang Surga
Trayastrimsa.
Sang Buddha berpikir bahwa perang di dunia
manusia sudah sangat hebat, di India, negara besar menelan negara
kecil, negara kecil memikul upeti yang berat, rakyat hidup sengsara,
Raja Vaidurya pun telah membinasakan Suku Sakya, di dunia manusia pun
Sakyamuni Buddha tidak bisa pulang walau punya rumah sekali pun. Ia tak
menyangka di surga juga ada perang, Raja Asura memimpin bala tentara
menyerang Kota Trayastrimsa. Penguasa Surga Trayastrimsa memohon
pertolongan Sang Buddha.
Sakyamuni Buddha berpikiran
bahwa Ia bertamu di sini, lagipula orang lain telah melayani dengan
sangat baik, sekarang orang lain sedang terjadi peperangan, kalau Ia
kabur begitu saja, ini juga tidak benar, apalagi Penguasa Surga
Trayastrimsa telah memohon pada-Nya. Saat ini, Sang Buddha pun
menitiskan sesosok Sitatapatra Bhagawati pembalik dan penangkis dari
lubang ubun-ubun kepala-Nya, juga bertangan dan bermata seribu, Ia
bahkan memegang sebuah payung putih berukuran besar. Sitatapatra
berubah menjadi sebuah tudung vajra yang berwarna putih, yang namanya
vajra adalah tidak terhancurkan, sangat kokoh, tudung vajra yang sangat
kuat, makin lama makin luas, menangkis seluruh istana Trayastrimsa.
Raja
Asura memimpin bala tentara memanah tudung vajra, sekali panah, anak
panah pun patah; memancung tudung vajra dengan golok, golok pun patah,
sekeliling Istana Trayastrimsa pun ditangkis dengan tudung vajra dari
Sitatapatra. Kalian boleh visualisasi payung ini menutupi seluruh
penjuru, sehingga Istana Trayastrimsa pun tertutup, seluruh rakyat dan
penguasa Surga Trayastrimsa pun berada di dalam lingkup payung pusaka,
tidak ada satu benda pun yang bisa menghancurkan Sitatapatra. Raja
Asura telah menghabiskan kekuatan 9 ekor lembu dan 2 ekor harimau
(kekuatan yang maha besar) pun tidak dapat membuka tudung vajra, lebih
baik mundur saja. Sehingga, Surga Trayastrimsa pun berhasil ditolong
oleh Sang Buddha. Oleh karena itu, sebab kelahiran Sitatapatra
Bhagawati adalah Bhagawati pembalik dan penangkis yang menjelma dari
ubun-ubun kepala Sakyamuni Buddha.
Sang Buddha bertanya
pada Penguasa Surga Trayastrimsa, "Apa yang telah Anda lakukan sehingga
Raja Asura bisa murka?" Penyebabnya ada dua. Penguasa Surga
Trayastrimsa menjelaskan dengan penuh malu, karena saya menginjak di
dua perahu. Asura pria sangat jeleknya, tak disangka Asura wanita
justru sangat cantik, Penguasa Trayastrimsa pun memperistri putri Raja
Asura dan dijadikan permaisuri, yakni ratu. Namun, wajah yang cantik
kalau sudah lama dipandang juga akan bosan. Oleh karena itu, belakangan
Penguasa Surga Trayastrimsa pun menaksir dayang istana yang cantik
jelita, juga memperistrinya. Permaisuri murka, pulang dan melapor pada
Raja Asura, mengatakan bahwa Penguasa Surga Trayastrimsa
mencampakkannya. Raja Asura sangat marah, saya menikahkan putri saya
padamu untuk menjalin hubungan baik antar 2 kerajaan! Kini, Penguasa
Surga Trayastrimsa menindas sang permaisuri, makanya, Raja Asura pun
mengutus bala tentara untuk menyerang Istana Trayastrimsa.
KEKUATAN SITATAPATRA BHAGAWATI PEMBALIK DAN PENANGKIS SANGAT BESAR
Masih
ada alasan kedua, suatu kali Raja Asura sedang merayakan ulangtahunnya
di dasar laut, seluruh asura pun berkumpul, mereka datang memotong kue
tar dari pisau kecil hingga pisau besar, satu orang satu potong, semua
orang bersenang-senang di arena yang sangat luas di dasar laut.
Tiba-tiba di angkasa lewat sekawanan orang, yakni Dewa Trayastrimsa
membawa sekawanan jenderal istana sedang patroli memeriksa dunia, dari
tengah angkasa melewati permukaan laut asura. Saat Raja Asura yang
tengah berulangtahun melihat angkasa, mengapa Penguasa Surga
Trayastrimsa membawa sekawanan bala tentara lewat di atas kepala saya,
berarti tidak menghormati saya. Mengapa Ia boleh lewat di atas saya,
bukan di bawah saya, ini sengaja menantang saya, saya tidak tahan.
Justru karena kedua alasan ini, Raja Asura sangat murka, lantas membawa
seluruh bala tentara menyerang Surga Trayastrimsa, membunuh hingga bala
tentara Istana Trayastrimsa pun terpukul mundur, lalu bersembunyi di
dalam Istana Trayastrimsa, pada akhirnya Sang Buddha pun dibangunkan.
Untung Sang Buddha mengeluarkan Sitatapatra Bhagawati, akhirnya Surga
Trayastrimsa pun selamat. Oleh karena itu, Sitatapatra Bhagawati sangat
dahsyat. Anda lihat saja Raja Asura memiliki kekuatan Dharma yang
sangat luar biasa, juga tidak dapat mengalahkan kekuatan Sitatapatra
Bhagawati pembalik dan penangkis.
Apa yang dimaksud
dengan pembalik dan penangkis? "Pembalik" artinya sebesar apapun
kekuatan Dharma yang Anda miliki, saya balikkan pada Anda. Apa yang
dimaksud dengan "penangkis"? Yakni, sebesar apapun kekuatan Dharma
Anda, Ia pun ditangkis. Oleh karena itu, kebaikan Sitatapatra Bhagawati
adalah Ia sendiri adalah adinata penakluk, juga termasuk dewa vajra,
yakni dewa vajra orde ibu, yakni termasuk dewa vajra aspek
kebijaksanaan, oleh karena itu, Ia sendiri juga tidak rusak, juga
vajra, juga mahabala, juga kokoh. Jika Anda menekuni yidam yang satu
ini, Anda tentu tidak takut guna-guna, Anda visualisasi Sitatapatra
naik ke tengah angkasa, tudung vajra-Nya menutupi, seluruh ilmu sihir
pun tidak dapat mengenai, semua bencana pun menyingkir, oleh karena
itu, seluruh hal negatif pun dibalik dan ditangkis, makanya Ia termasuk
adinata penaklukan, tidak hanya menaklukkan guna-guna, juga bisa
menaklukkan semua setan jahat, semua Mara, bahkan Asura, semua karma
buruk pun tidak akan muncul. Mengertikah Anda?
Kita orang
yang belajar Agama Buddha, walaupun punya hati yang lapang, kita
selalu memaafkan orang lain, keras terhadap diri sendiri, namun
memaklumi orang lain. Kita pun selalu melakukan hal-hal positif. Namun,
walau demikian pun, bisa terjadi hal-hal yang mengganggu di dunia ini
di luar dugaan Anda, oleh karena itu, Sang Buddha pun pergi vacation di
Istana Surga Trayastrimsa.
Kemarin malam, saya merasa di
dalam tidur saya, tiba-tiba seseorang menggunakan dua buah gunung
menindih saya, supaya saya menjadi daging cincang, untung kedua kaki
saya menjelmakan dua kuntum teratai, menahan diri saya, lalu terbang ke
puncak gunung. Begitu gunung menjepit, saya tepat berdiri di puncak
gunung. Kemudian ada lagi orang yang menggunakan kekuatan Dharma,
mengundang semua naga untuk mendatangkan air bah, lalu menghanyutkan
gunung tempat saya berdiri, untung kedua kuntum teratai saya itu menahan
diri saya, kabur lagi ke tengah angkasa, saya pun mengapung di atas
permukaan laut, teratai saya naik setinggi ombak. Saya merasa sangat
baik, banyak orang bertepuk tangan di bawah, wah! Bagus! Permainan
kesaktian demikian sangat bagus! Kelak jika memperagakan permainan
kesaktian demikian, pasti banyak orang bersarana. (Mahaguru tertawa)
Saya
pikir suatu hari jika otak saya "xiudou", jika saya turun dari lantai
dua ke lantai dasar dengan kaki ditopang oleh teratai, memperagakan
permaianan kesaktian, saya mungkin pergi mengunjungi dokter ahli tulang.
(Mahaguru tertawa) Itu di dalam mimpi! Ada fenomena demikian. Waktu
itu, dalam hati saya berpikir, apa yang harus saya lakukan? Bahkan ada
orang yang menjepit dengan gunung, ada orang yang menghanyutkan dengan
air bah, untung kedua kuntum teratai putih menahan diri saya, terus naik
ke atas. Saya juga ingin mengatakan bahwa saya sama dengan Sang
Buddha, dunia manusia memang tidak nyaman ditinggali, saya seharusnya
sesekali pergi vacation sejenak di surga saat tengah malam. Anda tahu
orang bule suka sekali vacation, setelah bergelut dalam pekerjaan
selama satu kurun waktu, lalu keluar bermain, mengendurkan suasana
hati, tidak seperti kita orang China, ada workalkholic, satu orang
menggeluti 2 macam pekerjaan pun masih belum puas, masih harus
menggeluti 3 jenis pekerjaan, barangkali selama waktu luang dari tiga
pekerjaan pun masih pergi mengerjakan kerja sampingan. Orang China
mengutamakan mencari nafkah, orang bule mengutamakan vacation. Orang
lain sedang menikmati hidup, kita sedang mati-matian mencari nafkah.
Kalau Mahaguru justru sedang mati-matian membabarkan Dharma.
Dipikir-pikir! Saat harus berwisata, seharusnya berwisata, ini baru
benar. Saya sarankan pada para budiman, para arya, para ibu, kalau Anda
sendiri telah lelah bekerja, pergilah vacation. Sewaktu vacation,
perhatikan sejenak, mohon sejenak Sitatapatra Bhagawati Pembalik dan
Penangkis, agar Anda berwisata, walaupun keluar atau pulang, segalanya
aman sentosa dan sejahtera. Om Mani Padme Hum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar