蓮生活佛 第225冊新書──新聞 : 《神算有夠準》
¤ Bedah Buku Baru Buddha Hidup Lian Sheng ke-225 ¤
※ BETAPA TEPATNYA RAMALAN JITU ※
translation by : Minarto Yang Ying Min
Minggu, 4 Desember 2011 pukul 3 sore, penulis Dharmaraja Buddha Hidup
Lian Sheng Sheng-yen Lu kembali hadir di galeri Buddha Hidup Lian Sheng,
Pusat Operasional Daden, Dashing, Dapin Taiwan di Wufeng, Taiwan, aktif
mengadakan belah buku baru Buddha Hidup Lian Sheng ke-225 "Betapa
Tepatnya Ramalan Jitu".
Pada hari itu umat datang
berbondong-bondong, Daden Culture selain mempromosikan buku baru, juga
ada promosi beli 5 gratis 1 buku lama, banyak orang pulang dengan hasil
yang memuaskan, berseru ketagihan. Dapin juga mempromosikan rangkaian
dupa Xiangyun, mengundang Mahaguru memberkati.
Tim CTI TV
bekerjasama dengan galeri, dengan pembawa acara Jia-qi Zhang, di tempat
acara juga mengundang Acarya Lianhua Lezhi, Lama Lianyan, Sdr. Li-ren
Lin, dan Sdr. Zheng-wu Huang untuk berbincang bersama.
Sebelum
bincang-bincang dimulai, Ji-zhun Li, Hui-xiang Li, Ze-yi Li yang
sebelumnya sempat ikut acara, memohon bersarana, Mahaguru Buddha Hidup
Lian Sheng langsung menjamah kepala memberkati memberikan abhiseka
sarana. Zhun-ji Li adalah penyiar berita terkenal di Zishen Taiwan.
APAKAH DAYA GAIB ITU?
Isi perbincangan sangat menarik perhatian orang, orang biasa sangat
penasaran dengan daya gaib, sedangkan, Buddha Hidup Lian Sheng pada buku
ke-225 BETAPA TEPATNYA RAMALAN JITU, memberitahu kita semua sebuah
rahasia, yaitu ketika gelombang otak manusia bisa kontak dengan dewa,
dengan kata lain, terhubung dengan alam semesta, maka timbullah "daya
gaib".
Buddha Hidup Lian Sheng berkata, "Letak perbedaan antara
daya gaib dan meramal nasib, daya gaib tergolong kontak antara
spiritual diri sendiri dan roh Buddha Bodhisattva, di dalam Tantra
disebut kontak yoga. Selebihnya seperti 8 data kelahiran, nama,
fengshui, geografi, perbintangan, semua bukan lingkup daya gaib, kecuali
ia menggunakan cara meramal nasib, juga mampu komunikasi dengan dewa,
itu baru disebut daya gaib."
"Ramalan nasib juga suatu logika,
tidak seharusnya mengatakan ramalan nasib itu tahayul. Kecuali si
peramal adalah seorang pengamen, Anda percaya padanya berarti tahayul.
Jika ada ordonansi, ada aturan, ada metode ilmiah, menggunakan logika,
tidak seharusnya dianggap tahayul."
"Banyak orang menganggap
ramalan nasib adalah "tidak bertanya pada orang biasa, bertanya pada
makhluk halus"! Sebenarnya manusia memang memiliki takdir, pertama
takdir, kedua nasib, ketiga fengshui, semuanya jangan diingkari, karena
peradaban zaman kuno, banyak berasal dari I Ching dan ilmu-ilmu sosial.
Meramal nasib tidak boleh dikatakan semuanya adalah tahayul. Namun, kita
tidak fanatik pada daya gaib, tidak fanatik pada cenayang, juga tidak
fanatik pada ramalan jitu."
Acarya Lezhi merespon, "Saat
manusia tidak ada sandaran secara spiritual, akan meminta tolong pada
makhluk halus, orang biasa meminjam makhluk halus untuk membingungkan
insan, namun, segala sesuatu ada sebab akibatnya. Ramalan jitu Mahaguru
adalah daya gaib Buddha, bagi saya, yang saya gunakan hanya cara
kemudahan, yang terpenting adalah menuntun insan belajar Buddha."
Buddha Hidup Lian Sheng berkata, "Sang Buddha sendiri tidak
menganjurkan ramalan nasib, karena takdir sudah ditentukan, diramal
bagaimana pun takdir tetap takdir. Maksud Sang Buddha adalah, kita
jangan hiraukan masalah takdir, asalkan melatih diri berdasarkan ajaran
Sang Buddha, dengan sendirinya nasib bisa diubah. Yang terpenting adalah
Buddhadharma itu sendiri dapat mengubah nasib, hanya menggunakan
cara-cara duniawi, Anda tidak dapat mengubah nasib, kecuali menggunakan
cara-cara non duniawi, Anda baru dapat mengubah nasib."
Lama
Lianyan yang dulu suka sekali diramal nasibnya merespon, "Zaman masih
sekolah bahkan membawa teman-teman pergi diramal, namun, nasib saya,
justru tidak berhasil diramal oleh seorang peramal pun. Sejak bersarana,
saya mulai memahami apa itu melatih diri, melakukan apapun tidak perlu
lagi berkonsultasi, hanya memohon pemberkatan, yakni sebuah keyakinan
yang murni, setelah melewati banyak kejadian, setiap rintangan pun
dilewati dengan penuh keyakinan dan ketekunan."
SIAPA SAJA BISA DISELAMATKAN? SIAPA SAJA TIDAK BISA DISELAMATKAN?
Pembawa acara bertanya, "Di dalam buku, Mahaguru menolong seorang umat
Kristen dari tempat Raja Yama, ia adalah teman dari umat kita. Apakah
Mahaguru akan keberatan jika orang yang diselamatkan bukan murid Zhenfo
Zong? Bagaimana menentukan siapa saja yang bisa diselamatkan, siapa saja
yang tidak bisa diselamatkan? Mengapa?
Buddha Hidup Lian
Sheng, "Poin pertama, dalam aspek agama, Katolik, Kristen, Islam,
Ortodoks, Buddha, ..... agama apapun adalah manusia, semua harus
diselamatkan. Yang namanya menyeberangkan semua insan itu tidak
membeda-bedakan, dalam posisi saya belajar Buddha, saya sama sekali
tidak membeda-bedakan para insan, asalkan bisa diselamatkan, maka harus
diselamatkan."
"Suatu kali, ada sorang umat Hong Kong
melayangkan surat memohon penyeberangan adiknya, saya memusatkan
perhatian mengundang Buddha menjemputnya, di dalam pikiran justru muncul
Bunda Maria, menjemput roh mendiang ke alam surga. Acarya Lianning
segera telepon ke umat Hong Kong dan bertanya, jawabannya adalah adiknya
adalah umat Katolik yang taat. Kontak yoga."
Pembawa acara bertanya, "Bagaimana saling kontak dan saling hidup berdampingan dengan aliran yang berbeda?"
Buddha Hidup Lian Sheng berkata, "Aliran yang berbeda, ini adalah
masalah tingkatan, dengan kata lain, saat naik tangga, terus naik dari
tingkat pertama, tingkat kedua, tingkat ketiga, ada tingkatannya. Tentu
saja setiap agama menganggap dirinya paling besar, ini adalah psikologis
manusia, bukan psikologis dari perintis aliran. Ada dewa, Tuhan, Allah,
hari ini kita tidak membanding-bandingkan, karena bisa menyebabkan
kontroversi. Semua dewa memiliki kekuatan, semua memiliki kekuatan."
"Kita tidak membeda-bedakan siapa bisa diselamatkan, siapa tidak bisa
diselamatkan, semua insan harus diselamatkan, menurut kekuatan saya
sendiri dalam menyelamatkan insan, saya justru melakukan seperti ini.
Kadang-kadang orang ini tidak bisa diselamatkan, mengapa tidak bisa
diselamatkan? Karena rintangan karmanya lebih berat daripada kekuatan
saya menyelamatkannya, saya tidak juga berdaya menyelamatkannya."
Minarto Yang Ying Min SI BUTA TELAH MELIHAT!
Pembawa acara bertanya, "Di dalam buku ada seorang buta, Lama Lianyan
memberikan tisu bekas Mahaguru menyeka mata kepadanya untuk menyeka
mata, tak disangka penglihatannya kembali. Saya sangat tergugah
membacanya, mengapa bisa demikian?
Buddha Hidup Lian Sheng
berkata, "Seharusnya kebetulan. Suatu tahun saya di Diamond True Buddha
Temple, New York, Amerika Serikat, sebelum ceramah Dharma, Lama Lianyan
melihat di mata saya ada "benda", sehingga memberikan saya tisu untuk
menyeka mata, sehabis menyeka saya kembalikan pada Lama, ia pun menaruh
di dalam saku bajunya. Kemudian, Lama terbang kembali ke Chang Hung
Temple, Panama, Amerika Tengah dan Selatan, tak disangka ada seorang
buta memohon pada Lama. Lama tiba-tiba ada ilham, lalu memberikan tisu
tersebut padanya untuk menyeka mata, matanya kembali melihat, sembuh.
Ini seharusnya Buddha Bodhisattva membantunya, bukan saya. Suatu
kebetulan, kedua adalah mata nona ini memang sudah ditakdirkan untuk
sembuh. Matanya rusak karena terkena asap saat rumahnya kebakaran, ia
menggendong anaknya, beberapa tahun kemudian bertemu Lama Lianyan,
kebetulan! Dalam nasib, matanya akan sembuh."
Pembawa acara bertanya, "Banyak penderita sakit keras, semua diselamatkan oleh Mahaguru, apa penyebab utamanya?
Buddha Hidup berkata, "Penderita sakit keras juga harus melihat sebab
dan kondisi, kebetulan bertemu baru bisa dibantu, tidak bertemu apa
boleh buat. Ada seorang dokter kandungan Taiwan, mengalami kecelakaan
lalu lintas yang sangat parah, sudah antri di tempat Raja Yama, saat
namanya diabsen, dr. Wang pun menghampiri. Bertanya padanya baju apa
yang sedang dikenakan, mengapa bisa bercahaya, yaitu sebuah rompi naga,
jiwanya belum saatnya berakhir, sehingga menyelamatkannya kembali hidup
kembali. Setelah ia mengalami kecelakaan, ada orang membawa rompi naga
untuk disandangkan di tubuhnya, di alam baka pun terlhat tubuhnya
bercahaya, kebetulan rompi naga itu pernah saya pakai, juga kebetulan
dengan sebab dan kondisinya. Dr. Wang kembali dari alam baka dan
bercerita pada saya, sehingga ada kejadian seperti ini."
"Dapat
diselamatkan atau tidak justru di sini. Rompi naga yang sama ditaruh
pada tubuh dokter lain, tidak dapat menyelamatkannya, justru dapat
menyelamatkan dr. Wang. Rompi naga yang sama yang pernah saya kenakan,
juga ada yang tidak dapat diselamatkan, masalahnya adalah karmanya
terlalu berat, rompi naga saya itu juga tidak dapat menyelamatkannya."
Photo : wartawan senior 'Li Ji-Zhun' ber-Sarana dalam acara bedah buku
news & pic shared from : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10150508760190042&set=a.381295930041.202189.58913545041&type=1&theater