(Intisari Ceramah Y.M. Buddha Hidup Lian Sheng pada kebaktian hari Sabtu
tanggal 7 Juli 2007 di Vihara Ling Shen Ching Tze Seattle)
Sembah sujud kepada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zheng Kong, Gyalwa Karmapa XVI, dan Guru Thubten Dhargye.
Guru Dhara, Para Acarya, Dharmacarya, Para Lama, para umat se-Dharma, salam sejahtera semuanya.
Tadi
kita mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh Lama Lian Qing tentang
"Samadhi"; Acarya Dehui menyampaikan banyak perihal siaran langsung
lewat internet, selain itu ia juga sempat menjelaskan perihal rompi
naga. Mahaguru benar-benar pernah mendiskusikan masalah ini dengan tiga
kaisar-kaisar langit, kaisar bumi, dan kaisar manusia; belakangan saya
ingin memperkenankan semua acarya mengenakan rompi naga. Sebab bila
semua acarya mengenakan rompi naga akan bermanfaat untuk Mahaguru, apa
manfaatnya? Misalnya kita sedang berjalan bersama, siapapun tidak bisa
mengenali yang mana Mahaguru. Barangkali kalau orang lain hendak
melempar telur ayam, ia melihat semua acarya mengenakan rompi naga,
sementara Mahaguru berbaur di antara mereka, ditambah perawakan Mahaguru
yang mungil, orang lain tidak dapat melihat keberadaan saya, lagipula
semua acarya mengenakan rompi naga yang bersayap besar, Mahaguru tentu
lebih aman lagi, ini cuma bercanda.
Acarya Dehui sempat menyebutkan
bahwa kaisar langit, kaisar bumi, dan kaisar manusia mengatakan bahwa
bila tingkat spiritual sadhaka belum mencukupi, ia tidak diperkenankan
mengenakan rompi naga. Di samping itu, ada beberapa kesempatan di mana
rompi naga boleh dikenakan dan tidak boleh dikenakan. Sebenarnya,
solusinya tetap ada. Ketika Anda mengenakan mahkota Pancabuddha di
kepala Anda, itu melambangkan Pancabuddha menetap di atas kepala Anda,
Pancabuddha menetap di kepala lebih agung daripada rompi naga. Boleh
dikatakan, seorang Vajracarya boleh mengenakan mahkota Pancabuddha, bila
Pancabuddha sudah menetap di atas kepala seorang Vajracarya, mengapa
tidak boleh mengenakan rompi naga? Pancabuddha sangat mulia, rompi naga
melambangkan naga di antara manusia. Sementara dewa naga berada di bawah
Pancabuddha, bukan berada di atas Pancabuddha. Jadi, ketika Anda
mengenakan mahkota Pancabuddha, Anda pun boleh mengenakan rompi naga,
ini adalah satu poin yang sangat penting.
Selain itu, juga pernah
disebutkan satu poin penting, setiap kali Anda hendak mengenakan rompi
naga, walaupun Anda tidak mengenakan mahkota Pancabuddha, Anda harus
bervisualisasi Pancabuddha menetap di atas kepala Anda dan memberkati
Anda, setelah itu Anda baru memakai rompi naga, dengan demikian memakai
rompi naga tidak akan membawa dampak negatif. Oleh karena itu, walaupun
sehari-harinya Anda tidak mengenakan mahkota Pancabuddha, namun sewaktu
Anda hendak mengenakan rompi naga, Anda hanya perlu bervisualisasi
Pancabuddha menetap di atas kepala Anda, seluruh Pancabuddha datang ke
atas kepala Anda, maka Anda pun akan terhindar dari musibah mati muda.
Oleh sebab itu, Mahaguru memperkenankan semua Acarya dan Dharmacarya
mengenakan rompi naga, bukan berarti Mahaguru berharap hanya diri
Mahaguru saja yang panjang umur, para Acarya dan para Dharmacarya lebih
cepat mampus. (Hadirin tertawa) Bukan! Asal tahu saja, inilah kunci
mengenakan rompi naga.
Namun, mengenakan rompi naga masih ditabukan
untuk orang biasa yang tidak mengenakan mahkota Pancabuddha. Jika ia
adalah Acarya dan Dharmacarya yang mengenakan mahkota Pancabuddha,
menurut Mahaguru, tidak bermasalah asalkan Pancabuddha menetap di atas
kepalanya. Sebenarnya memang demikian. Jadi, Mahaguru berasumsi bahwa
setiap Vajracarya dan Dharmacarya Zhenfozong telah mencapai tingkat
spiritual yang sangat tinggi, seharusnya tidak apa-apa mengenakan rompi
naga.
Semua Acarya, Dharmacarya, Lama, dan seluruh umat se-Dharma
seharusnya sudah jelas, bila tingkat spiritual Anda sudah cukup tinggi,
kemampuan Anda sudah cukup tinggi, tentu tidak apa-apa. Anda adalah
Acarya, Dharmacarya di mana di atas kepala Anda ada mahkota Pancabuddha,
tentu lebih tidak apa-apa, inilah titik berat mengenakan rompi naga.
Mahaguru
sangat kagum pada Acarya Dehui, ia sangat konsentrasi melakukan
pekerjaannya, contohnya ia mempelajari tentang komputer dan siaran
langsung lewat internet, sepertinya ia jarang sekali terlihat makan.
Saya dengar bahkan malam pun ia tidak tidur, seluruh perhatiannya
terfokus pada komputer dan siaran langsung lewat internet. Mahaguru
mendengar dari beberapa orang yang lebih mengerti komputer, Acarya Dehui
terus mempelajari pengetahuan komputer, ia belajar dengan penuh
konsentrasi. Tidak seperti saya! Mahaguru tidak tahu apa-apa. Mahaguru
tidak punya komputer, orang lain bertanya pada saya: Mahaguru, bolehkah
saya meminta e-mail Anda? Saya menjawab: saya tidak punya komputer, mana
mungkin punya e-mail. Jika Mahaguru punya komputer, punya e-mail,
setiap hari saya menjawab pertanyaan Anda, tamatlah riwayat saya.
Asal
tahu saja, Mahaguru tidak punya komputer, juga tidak punya telepon
genggam. Saya hanya takut satu hal, jika suatu hari nanti, mobil saya
rusak di jalan, Mahaguru harus mencari telepon umum, atau meminjam
telepon genggam orang lain untuk menghubungi orang agar datang
memperbaiki mobil saya atau menyuruh orang datang menderek mobil ke
bengkel untuk diperbaiki. Ini adalah satu hal yang Mahaguru kuatirkan.
Untung mobil saya masih sangat bagus, sampai hari ini, belum pernah
terjadi kerusakan besar, kerusakan kecil tentu tidak terhindarkan.
Semoga mobil saya selamanya bebas dari kerusakan.
Mahaguru sangat
kagum pada Acarya Dehui, perhatiannya terfokus pada komputer dan setiap
hal, semuanya sangat bagus. Hasil kerja Acarya Dehui dalam aspek siaran
langsung lewat internet memang menakjubkan, ia juga didukung oleh banyak
umat se-Dharma dan pakar komputer. Acarya Dehui benar-benar
melakukannya dengan sepenuh hati. Di samping itu, Mahaguru sangat kagum
pada berdiri terbalik yang dilakukan oleh Acarya Dehui, ia dapat berdiri
terbalik lama sekali, walaupun di dekatnya ada yang bernyanyi atau
bercanda, ia masih bisa tetap berdiri terbalik. Seseorang mengatakan
Acarya Dehui main curang, sebab kepalanya datar, kepala Mahaguru justru
tajam, tidak bisa berdiri terbalik. Mahaguru juga sangat kagum pada
tarian pita yang dibawakan oleh Acarya Dehui, tadinya saya mengira
tarian pita yang dibawakannya itu cuma lawak belaka, ternyata ia serius,
ia dapat membuat banyak bunga, sungguh terasa melayang-layang. Lagipula
tenaganya kuat, tarian pita yang dibawakannya bahkan dapat membuat
bunga yang lebih besar dan lebih indah daripada tarian yang dibawakan
oleh wanita biasa. Semua pekerjaan yang dilakukan oleh Acarya Dehui
adalah hasil konsentrasi. Namun, Mahaguru berharap konsentrasinya
kembali pada satu, ibarat Pedang Pusaka Vajra, "kacha", langsung putus,
jangan bertele-tele. Jika perlahan-lahan dari satu berubah menjadi dua,
berubah menjadi tiga, berubah menjadi sepuluh, berubah menjadi seratus,
berubah menjadi tidak terhingga, maka pekerjaan tidak akan selesai
selamanya.
Mahaguru berharap Acarya Dehui dapat melatih dirinya
hingga menghasilkan semacam kungfu ibarat Pedang Pusaka Vajra yang
membabat seikat rami kusut dengan sebilah golok tajam (meluruskan suatu
masalah rumit melalui tindakan drastis). Kekuatan konsentrasi dari
Acarya Dehui sudah cukup tinggi, tentu saja selain konsentrasi, Acarya
Dehui justru terlalu banyak pertimbangan, maksudnya, suatu masalah yang
tadinya bisa diatasi dengan sangat mudah, ia bisa membuatnya kacau
balau, kemudian ia memilih di antaranya, setelah terpilih, ia pun
mengambil yang terpenting, namun waktu sudah lama berlalu. Oleh karena
itu, Mahaguru berharap ia berani membabat seikat rami kusut dengan
sebilah golok tajam, "kacha" langsung teratasi. Ini akan membawa dampak
yang lebih baik terhadap latihan konsentrasinya.
Semua sudah mengerti
perihal rompi naga. Semua Acarya dan Dharmacarya mengenakan rompi naga
akan terlihat sangat agung dan berwibawa. Ketika kalian hendak
mengenakan mahkota Pancabuddha, Anda harus bervisualisasi Pancabuddha
menetap di atas kepala Anda, memberkati mahkota Pancabuddha ini,
kemudian baru dikenakan. Mahkota Pancabuddha saja boleh dikenakan,
apalagi naga di antara manusia.
Bicara tentang konsentrasi, Lama Lian
Qing menjelaskan tentang "samadhi", yang namanya "samadhi" adalah
samadhi paling awal yang mulai dipelajari oleh sadhaka disebut "dhyana
pertama". Ketika Anda dapat berkonsentrasi penuh, disebut dengan "dhyana
pertama", yang satu ini sudah sangat sulit. Berikut cara memasuki
"dhyana pertama", ketika sadhaka sedang bermeditasi, visualisasikan
suatu benda, Anda harus berkonsentrasi pada benda tersebut, misalnya
bervisualisasi mata ketiga dari Dewa Vajra, maka Anda cukup
bervisualisasi mata ketiga-Nya saja, sadhaka berkonsentrasi penuh pada
mata-Nya, bila Anda terus berkonsentrasi tanpa berubah sedikit pun,
dapat diam selama beberapa menit, itu sudah sangat luar biasa, sepuluh
menit saja tidak berubah sudah sangat luar biasa, kondisi ini sudah
hampir mendekati "dhyana pertama", demikianlah "dhyana pertama".
Ketika
sadhaka sedang menekuni homa, apakah Anda bervisualisasi adinata
bersama dengan Anda? Apakah Anda bervisualisasi api bersama dengan Anda?
Di dalam api terdapat sadhaka dan adinata, ini melambangkan Dewa Agni,
adinata, dan sadhaka berada di dalam api, bila Anda dapat menekuni Homa
dengan cara demikian, Anda justru telah memasuki "dhyana pertama".
Sutra
Raja Agung sangat singkat, beberapa menit saja sudah selesai dibaca.
Biasanya orang membaca sekali Sutra Raja Agung Avalokitesvara, apakah
tidak ketinggalan satu kata pun? Sekarang saya bertanya pada Anda semua:
tadi kalian membaca Sutra Raja Agung Avalokitesvara, apakah Anda tidak
ketinggalan satu kata pun? Memang mulut mengeluarkan suara, apakah
pikiran Anda tidak memikirkan hal yang lain, lalu satu paragraf
ketinggalan? Jika tidak ada yang ketinggalan, silahkan angkat tangan
sekarang! Oh, ada satu orang angkat tangan.
Dalam waktu yang sangat
singkat, kita membaca Sutra Raja Agung Avalokitesvara, membaca semua
nama Buddha, membaca "Namo Fo Namo Fa Namo Seng, Foguo Youyuan, Fofa
Xiangyin", "Neng Mie Shengsiku Xiaochu Zhu Duhai", demikian juga dengan
membaca mantra Pengikis Karma Buruk dari Saptabuddha, tidak ada satu
kata pun yang ketinggalan, Anda dapat benar-benar mencamkan setiap kata
dalam benak Anda, sangat sulit.
Samadhi sangat sulit, konsentrasi
sangat sulit. Guru Zen Nanquan berkata, "Ketenangan adalah kebenaran,
ketekunan adalah kebenaran." Pengertian dari ketekunan adalah sadhaka
terus berkonsentrasi pada "satu", tidak akan timbul "dua", inilah
samadhi. Bila Anda dapat berkonsentrasi saat bekerja, itulah samadhi,
bila tingkat konsentrasi Anda sudah tinggi, itulah "dhyana pertama";
memasuki "dhyana kedua", pikiran Anda sama sekali tidak berubah;
memasuki "dhyana ketiga", Anda akan melihat semua fenomena hal ikhwal,
semua wujud asli akan muncul di dalam "dhyana ketiga"; memasuki "dhyana
keempat", pikiran Anda tidak ada lagi sama sekali, ketenangan dan
kepadaman sepenuhnya (nirvana).
Bagi Anda mungkin samadhi
kelihatannya gampang, setiap kali kita kebaktian dikatakan "memasuki
samadhi", lalu Sembilan Tahap Pernapasan Buddha pun dimulai, tahap
pertama, tahap kedua, tahap ketiga, tahap keempat..... tahap ketujuh
sampai tahap kesembilan. Mengapa Anda semua diminta melatih Sembilan
Tahap Pernapasan Buddha? Sebab Sembilan Tahap Pernapasan Buddha justru
mengajarkan Anda "dhyana pertama"! Bila pikiran Anda sebagai sadhaka
dapat terus fokus pada pernapasan Anda, masuk dari sini keluar dari situ
(pernapasan) berputar ke sana, kemudian masuk dan keluar lagi, kemudian
masuk dari kedua sisi sampai ke atas, (lubang ubun-ubun) jangan sampai
tembus, kemudian keluar dari lubang hidung, selanjutnya gantian lagi, 9
kali berturut-turut, semua ini justru sedang melatih potensi samadhi
Anda.
Bila Sembilan Tahap Pernapasan Buddha terus ditekuni, asalkan
berlatih setengah jam saja, itu sudah sangat bagus! Fenomena konsentrasi
pun muncul, Anda pun bisa memasuki tahap tidak terpengaruh. Pada
umumnya, jarang sekali Sembilan Tahap Pernapasan Buddha dapat dilakukan
secara lengkap. Sekarang saya bertanya pada Anda semua, siapa di antara
kalian yang melakukan Sembilan Tahap Pernapasan Buddha pada saat
kebaktian, Anda benar-benar melakukan visualisasi yang sangat lengkap,
prana masuk lalu keluar kemudian masuk lagi, kemudian keluar lagi, 9
tahap berturut-turut, Anda sama sekali tidak memikirkan yang lain, malah
pikiran Anda bergerak sesuai prana, silahkan angkat tangan. Ada dua
orang. Ini saja sudah sangat lumayan.
Bagaimana melatih samadhi?
Biasanya dhyana pertama, sadhaka bisa stabil dalam waktu 7 hingga 10
menit, sama sekali tidak memikirkan yang lain, itu sudah sangat lumayan.
Banyak cara dan manfaat samadhi, samadhi tidak berarti mencapai
kebuddhaan, namun lewat samadhi kita dapat memperoleh pengetahuan
mencapai kebuddhaan, prajna Buddha bisa diperoleh lewat samadhi. Oleh
karena itu, seorang sadhaka harus menekuni samadhi. Sebab, samadhi
sangat penting. Samadhi membuat pikiran Anda tidak galau. Sebab, begitu
pikiran manusia galau, ia tidak dapat melakukan samadhi lagi, begitu
pikiran galau, hal apapun tidak akan berhasil.
Untuk mencapai
keberhasilan dalam belajar Agama Buddha harus "stabil, "stabil berasal
dari "sila. Bila mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran
berhenti, barulah bisa "stabil, karena dengan adanya "kestabilan,
seseorang baru akan menghasilkan kebijaksanaan mencapai kebuddhaan;
dengan adanya kebijaksanaan mencapai kebuddhaan, seseorang baru dapat
memahami hati dan menyaksikan Buddhata di alam samadhi. Sampai dhyana
keempat, walaupun belum dapat dianggap mencapai kebuddhaan, namun
sadhaka datang dan pergi seperti ini, dari dhyana pertama, dhyana kedua,
dhyana ketiga, dhyana keempat, dari dhyana keempat, dhyana ketiga,
dhyana kedua, dhyana pertama, selanjutnya keluar dari samadhi, bila Anda
datang dan pergi seperti ini, benih kebiasaan buruk dari sadhaka akan
hilang dengan sendirinya.
Sekali benih kebiasaan buruk dari sadhaka
hilang, dengan sendirinya sadhaka akan mencapai keberhasilan, Tathata
akan muncul, Buddhata pun benar-benar muncul. Oleh karena itu, samadhi
juga disebut "dhyana keharuman", "dhyana keharuman" merujuk pada sadhaka
terus mengasapi sifat dan kebiasaan yang tidak baik dengan keharuman,
mengasapi bau yang tidak sedap, maka sifat dan kebiasaan yang baik pun
akan muncul. Lewat samadhi, sadhaka bisa memperoleh banyak Dharma,
banyak Dharma Tantra diperoleh lewat samadhi. Baik tradisi Sutra,
tradisi Tantra, maupun non Buddhisme, semuanya wajib menekuni samadhi.
Samadhi sangat penting. Dhyana keharuman sangat nyata. Sakyamuni Buddha
pun telah mengalami dhyana pertama, dhyana kedua, dhyana ketiga, dhyana
keempat, sampai akhirnya Beliau memperoleh pencerahan agung, barulah
mengetahui apa itu Tathata, mengetahui apa itu Buddhata.
Sadhaka
perlu memasuki samadhi dalam mengerjakan hal apapun. Tidak hanya
meditasi saja baru disebut sebagai samadhi. Contohnya, Acarya Dehui
sedang mempelajari komputer, berarti ia sedang memasuki samadhi;
menarikan tarian pita, berarti ia sedang memasuki samadhi; sewaktu ia
sedang berdiri terbalik, berarti ia sedang memasuki samadhi. Berdiri
terbalik justru lebih membutuhkan konsentrasi, tubuhnya harus sangat
seimbang, ia konsentrasi pada keseimbangannya, begitu ia berdiri
terbalik 7 hingga 10 menit, berarti ia telah memasuki dhyana pertama;
berdiri terbalik setengah jam, berarti ia telah memasuki dhyana kedua.
Asal tahu saja bahwa samadhi dan tidur sangat mirip, samadhi agak
menyerupai tidur. Biasanya orang tidur dalam keadaan berbaring, mata
terpejam, ruangkan sedikit gelap, tanpa suara, entah apa yang terjadi,
tiba-tiba sudah tertidur! Demikian juga dengan samadhi.
Ketika
perhatian Anda sedikit terpusat, sadhaka tidak menghiraukan lagi
kejadian di sekitarnya, semua kerisauan dilupakan, dilupakan, dilupakan,
apapun dilupakan, Anda pun telah memasuki kondisi samadhi. Oleh karena
itu, sungguh sulit mengajarkan Anda samadhi. Sebab Anda sendiri bahkan
tidak tahu bagaimana Anda tidur, sungguh, bagaimana manusia tidur! Yaitu
berbaring lalu mata terpejam, jika ada kerisauan Anda tidak bisa tidur.
Asal tahu saja, bila ada kerisauan Anda tidak bisa tidur, Anda berpikir
banyak hal juga membuat Anda sama sekali tidak bisa tidur; lalu
bagaimana Anda bisa tertidur. Anda pun tidak bisa menjelaskannya!
Bagaimana
Mahaguru samadhi? Saya juga tidak bisa menjelaskannya. (Hadirin
tertawa) Tentu ada caranya! Anda harus berkonsentrasi pada satu, yaitu
konsentrasi pada satu hal, tiba-tiba Anda sudah masuk, Anda pun mencapai
kondisi lupa diri. Lupa diri masih belum termasuk samadhi yang
sesungguhnya, lupa diri masih sebatas baru mulai saja. Makanya, banyak
cara bagi kita belajar Agama Buddha, Anda semua tahu tiga jenis
pelajaran anasrava dari sila, samadhi, dan prajna.
Mahaguru
mengerjakan hal apapun dengan sangat serius, contohnya saya memperagakan
Tinju Taiji, saya melakukannya dengan sangat serius. Sungguh! Saya
terus memikirkan bagaimana memperagakannya. Bagaimana mengapresiasikan
diri ke dalam musik. Bagaimana memperagakan gerakan tangan dan kaki.
Bagaimana supaya gerakannya bagus. Mahaguru terus memikirkannya,
sehingga perhatian saya sangat terpusat. Demikian juga dengan hal lain
yang Mahaguru lakukan, perhatian saya sangat terpusat, saya mau lepas
langsung lepas, saya mau berhenti langsung berhenti. Ini semua adalah
kondisi memasuki samadhi.
Oleh sebab itu, ajaran Tantra memiliki
banyak cara memasuki samadhi. Misalnya bersadhana, kalian harus
memusatkan perhatian Anda, dari awal hingga sadhana selesai, "Om Bulin".
Kemudian, japa tiga kali Mantra Sataksara, yakni menambal kekurangan
atau pikiran beralih ke tempat lain selama menekuni satu kali sadhana.
Pada prinsipnya, inilah manfaat menjapa Mantra Sataksara. Jadi, selama
sadhaka menekuni satu kali sadhana, Anda dapat memusatkan pikiran Anda
dari awal hingga akhir tanpa ketinggalan satu kata pun, tanpa
ketinggalan satu pikiran pun, tanpa ketinggalan satu visualisasi pun,
sadhaka memang sedang menekuni sadhana ini, jika pikiran tidak
bercabang, itu sangat luar biasa. Berarti sadhana tersebut adalah
pemberkatan dari adinata. Barusan kita menjalankan satu kali kebaktian,
apakah kalian berhasil mencapai kondisi di mana satu pikiran pun tidak
berubah?
Sang Buddha sangat luar biasa, Beliau duduk sangat lama di
bawah Pohon Bodhi, pikiran-Nya terus terpusat. Ada sesosok dewa di bawah
Pohon Bodhi, namanya Raja Pohon Bodhi, ketika Sang Buddha keluar dari
samadhi, Beliau melakukan percakapan dengan Raja Pohon Bodhi, Sang
Buddha mengatakan pada Raja Pohon Bodhi bahwa selama berhari-hari,
pikiran Sang Buddha tidak berubah sedikit pun. Dipikir-pikir, mencapai
kebuddhaan tidaklah mudah, hanya samadhi saja membuat sadhaka
menekuninya selama turun temurun. Sakyamuni Buddha bahkan pernah
terlahir menjadi Dewa Ksanti selama 500 kehidupan, menurut Anda selama
apakah itu? Daya samadhi yang dihasilkan Sang Buddha sangat luar biasa.
Semoga dalam tahap menjalankan bhavana, semua orang dapat meneladani
semangat dari Sakyamuni Buddha, latihlah potensi samadhi dengan
sebaik-baiknya. (Hadirin tepuk tangan) Om Mani Padme Hum.
Sumber : www.tbsn.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar