Pintu Dharma Simhamuka Dakini adalah salah satu dari sedikit Pintu
Dharma silsilah dari India, Pintu Dharma ini diperoleh dari India tengah
yang dekat dengan lokasi pencapaian Kebuddhaan dari Siddharta Gautama,
berbagai sekte tantra sangat menghormati Simhamuka Dakini.
Pada
saat Luozhawa Sang Guru Penterjemah hendak memohon Dharma, Beliau
sempat menetap di Nepal, beliau sempat berdebat dengan seorang guru
trithika (penganut ajaran diluar Buddha Dharma) Gadengjiebu, Luozhawa
memperoleh kemenangan karena Beliau banyak mengetahui keunggulan Buddha
Dharma.
Gadengjiebu tidak bisa menerima kekalahan ini, dalam hati
timbul kebencian, mengancam supaya Sang Penterjemah meninggalkan
Triratna dan berlindung di bawah agamanya, bila tidak dalam tujuh hari
dia akan menggunakan kekuatan doa bahasa gaib untuk mencabut nyawanya,
Luozhawa Sang Penterjemah tidak takut mati. Namun Gadengjiebu sang
pendeta memiliki daya kuasa yang besar, tulah kutukannya sangat manjur.
Karena
tidak sanggup menghadapinya, Luozhawa sang penerjemah pergi menghadap
Arya Pangtingba, beliau menjelaskan duduk persoalannya dan memohon
sadhana yang mampu melindungi dirinya.
Pangtingba sang Arya
memberikan petunjuk supaya sang penterjemah pergi menuju ke Vajrasana
di India, kelak disana dia akan menemukan cara mematahkan tulah pendeta
itu, Sang Arya mengadhistana Luozhawa dengan kekuatan kaki sakti
supaya bisa cepat mencapai tempat tujuan, dalam waktu sehari langsung
mencapai Vajrasana di India.
Di Vajrasana dia bertemu dengan Mahasiddha Duojiedanba, setelah menjelaskan kisahnya, dia memohon bantuan Yang Arya.
Arya Dujiedanba mengatakan :
“Hari
ini adalah tanggal 9, siapkanlah persembahan besar untuk kita
melakukan mahapuja besok, maka Dakini Bunda Semesta akan membantumu.”
Maka sang penterjemah juga menyiapkan persembahan untuk Acarya Duojiedanba, pada tanggal 10 melakukan mahapuja.
Pada
saat mahapuja dilaksanakan, Simhamuka Dakini muncul dengan tubuh
sejati Nya, memberi nasehat pada Luozhawa sang penerjemah :
“Tidak
perlu takut dengan tulah doa doa penganut ajaran tirthika, di sebelah
Utara Vajrasana ada sebuah Gunung yang berbentuk seperti sapi, di
bagian jantung Gunung ini ada sebuah gua yang terbentuk secara alami,
masuklah dan menggalilah, dalam kedalaman tiga bahu empat jari kau akan
menemukan sebuah kitab yang dilapisi oleh nyala api, hancurkan api itu
dan di dalamnya akan tampak kotak emas, di dalam kotak emas ada kotak
kayu pohon Boddhi yang dihiasi oleh berbagai mustika, bukalah dan
dilamanya da sebuah kain biru kehitaman, di atasnya ada sebuah mantra
yang dituliskan dari lubuk hati dan darah Ku serta para Dakini, mantra
itu dibagian depannya tiada kata OM dan dibelakangnya tiada kata SOHA,
tiada penggalan di tengahnya, bila kau bisa menjapakan dengan tulus
setiap hari 21x saja maka akan memperoleh perlindungan, jangan
menjapakannya lebih banyak dari itu, ingatlah !”
Di hari kedua,
sang penerjemah menuruti petunjuk Simhamuka Dakini, mencari gua
tersebut dan setelah memberikan persembahan pada Dakini Merah, ternyata
di dalam tanah tergali kotak berbagai mestika yang berisi kitab,
setelah melihat dia membawanya dengan hormat diikatkan di atas leher,
dia menjalankan penjapaan dengan tulus tanpa henti, bahkan melebihi
jumlah yang ditetapkan oleh Bunda Dakini.
Pada malam hari ketiga,
bala tentara makhluk kasat mata dari ajaran sesat yang muncul dari
kekuatan doa sang pendeta tirthika datang menyerang, ada yang berbentuk
seperti perempuan , mara dan lain sebagainya datang berbondong bondong
untuk mencelakai, namun mereka semua tidak sanggup !
Di pagi harinya, Simhamuka Dakini memberitahukan pada sang penerjemah bahwa pendeta Gadengjiebu telah mati muntah darah.
Sebenarnya
pendeta sesat itu tidak akan mati jika sang penerjemah tidak menjapa
mantranya terlampau banyak, kekuatan mantra yang terlampau besar
membuat pendeta sesat itu menelan kembali kutukan keji yang
dilontarkannya.
Mendnegar kabar ini, Luozhawa sang penerjemah
girang bukan main, namun Arya Dujiedanba justru tidak senang, dia
menuding sang penerjemah tidak punya belas kasihan dan berkata :
“Di jaman akhir Dharma, akan ada Guru seperti saya, dan muridnya pasti sepertimu !”
beliau
merampas kitab di leher sang penerjemah dan mengusirnya sambil
mengatakan bahwa beliau tidak ingin bertemu lagi dengan sang penerjemah .
Namun
keyakinan Luozhawa sang penerjemah tetap kuat, dia meninggalkan
Vajrasana tempat Sang Guru, sehingga bertahun tahun hidup bergantung
dari sedikit makanan yang disembunyikan di pinggang pendamping Guru yang
bernama Mahahasama.
12 tahun kemudian Yang Arya mewariskan semua abhiseka Simhamuka Dakini beserta ajaran dan karman kepada sang penerjemah.
Sekembalinya
di Tibet , sang penerjemah mewariskan sadhana Simhamuka Dakini kepada
pimpinan Lima Tetua Sakya, yaitu Gongganingbu, sehingga sadhana ini
menjadi salah satu dari 13 ajaran emas yang tidak pernah keluar dari
tembok vihara.
Kemudian para Guru mewariskannya dari generasi ke generasi tanpa terputus sampai sekarang.
Pahala
menurut apa yang tercatat dalam sutra, ada 25 macam manfaat :
1.Mantra
ini dapat mengembalikan semua tulah kutukan dan mantra lainnya yang
berusaha melukai sadhaka, semua hal yang berupa rintangan dan tidak
baik akan dilontarkan kembali pada asalnya.
2.Mampu menaklukkan musuh
3.Bila
berada di istana Vajra dan menekuni perlindungan cakra maka akan mampu
melindungi diri sendiri dari bahaya alam dan gangguan manusia, makhluk
bukan manusia , para setan dan dewa serta lain sebagainya yang
berusaha membuat rintangan.
4.Dapat memperoleh panjang usia.
5.Bagaikan mensthanakan Dewa Rejeki, kekayaannya akan terus bertambah.
6.Vasikarananya mampu membuat atasan menyukai.
7.Vasikarananya mampu membuat kerabat dan rekan menyukai.
8.Memperoleh anak cucu.
9.Menurunkan hujan dikala terjadi kekeringan.
10.Menghentikan huja dikala terjadi bencana air.
11.Menghentikan petaka yang berhubungan dengan kekurangan pangan (dijaman dahulu digunakan untuk menghentikan hama).
12.Menyingkirkan bencana musim dingin.
13.Menyingkirkan bencana hujan es.
14.Menghentikan bencana petir.
15.Menyembuhkan penyakit.
16.Menghentikan wabah.
17.Menyingkirkan sakit tenggorokan.
18.Menyembuhkan flu dan sakit panas.
19.Menyembuhkan penyakit cacar.
20.Menyembuhkan penyakit kejiwaan seperti halusinasi dan lain sebagainya.
21.Menyingkirkan penyakit daerah kepala, seperti pusing2 dsb.
22.Menyingkirkan penyakit mudah lupa.
23.Menyingkirkan bencana senjata.
24.Terhindar dari stroke dan lain sebangsanya.
25.Terhindar dari bencana perampokan.
Om Mani Padme Hum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar