Rabu, 02 November 2011

Asal Mula Pintu Dharma Simha Mukha Dakini

Pintu Dharma Simhamuka Dakini adalah salah satu dari sedikit Pintu Dharma silsilah dari India, Pintu Dharma ini diperoleh dari India tengah yang dekat dengan lokasi pencapaian Kebuddhaan dari Siddharta Gautama, berbagai sekte tantra sangat menghormati Simhamuka Dakini.
Pada saat Luozhawa Sang Guru Penterjemah hendak memohon Dharma, Beliau sempat menetap di Nepal, beliau sempat berdebat dengan seorang guru trithika (penganut ajaran diluar Buddha Dharma) Gadengjiebu, Luozhawa memperoleh kemenangan karena Beliau banyak mengetahui keunggulan Buddha Dharma.
Gadengjiebu tidak bisa menerima kekalahan ini, dalam hati timbul kebencian, mengancam supaya Sang Penterjemah meninggalkan Triratna dan berlindung di bawah agamanya, bila tidak dalam tujuh hari dia akan menggunakan kekuatan doa bahasa gaib untuk mencabut nyawanya, Luozhawa Sang Penterjemah tidak takut mati. Namun Gadengjiebu sang pendeta memiliki daya kuasa yang besar, tulah kutukannya sangat manjur.
Karena tidak sanggup menghadapinya, Luozhawa sang penerjemah pergi menghadap Arya Pangtingba, beliau menjelaskan duduk persoalannya dan memohon sadhana yang mampu melindungi dirinya.
Pangtingba sang Arya memberikan petunjuk supaya sang penterjemah pergi menuju ke Vajrasana di India, kelak disana dia akan menemukan cara mematahkan tulah pendeta itu, Sang Arya mengadhistana Luozhawa dengan kekuatan kaki sakti supaya bisa cepat mencapai tempat tujuan, dalam waktu sehari langsung mencapai Vajrasana di India.
Di Vajrasana dia bertemu dengan Mahasiddha Duojiedanba, setelah menjelaskan kisahnya, dia memohon bantuan Yang Arya.
Arya Dujiedanba mengatakan :
“Hari ini adalah tanggal 9, siapkanlah persembahan besar untuk kita melakukan mahapuja besok, maka Dakini Bunda Semesta akan membantumu.”
Maka sang penterjemah juga menyiapkan persembahan untuk Acarya Duojiedanba, pada tanggal 10 melakukan mahapuja.
Pada saat mahapuja dilaksanakan, Simhamuka Dakini muncul dengan tubuh sejati Nya, memberi nasehat pada Luozhawa sang penerjemah :
“Tidak perlu takut dengan tulah doa doa penganut ajaran tirthika, di sebelah Utara Vajrasana ada sebuah Gunung yang berbentuk seperti sapi, di bagian jantung Gunung ini ada sebuah gua yang terbentuk secara alami, masuklah dan menggalilah, dalam kedalaman tiga bahu empat jari kau akan menemukan sebuah kitab yang dilapisi oleh nyala api, hancurkan api itu dan di dalamnya akan tampak kotak emas, di dalam kotak emas ada kotak kayu pohon Boddhi yang dihiasi oleh berbagai mustika, bukalah dan dilamanya da sebuah kain biru kehitaman, di atasnya ada sebuah mantra yang dituliskan dari lubuk hati dan darah Ku serta para Dakini, mantra itu dibagian depannya tiada kata OM dan dibelakangnya tiada kata SOHA, tiada penggalan di tengahnya, bila kau bisa menjapakan dengan tulus setiap hari 21x saja maka akan memperoleh perlindungan, jangan menjapakannya lebih banyak dari itu, ingatlah !”
Di hari kedua, sang penerjemah menuruti petunjuk Simhamuka Dakini, mencari gua tersebut dan setelah memberikan persembahan pada Dakini Merah, ternyata di dalam tanah tergali kotak berbagai mestika yang berisi kitab, setelah melihat dia membawanya dengan hormat diikatkan di atas leher, dia menjalankan penjapaan dengan tulus tanpa henti, bahkan melebihi jumlah yang ditetapkan oleh Bunda Dakini.
Pada malam hari ketiga, bala tentara makhluk kasat mata dari ajaran sesat yang muncul dari kekuatan doa sang pendeta tirthika datang menyerang, ada yang berbentuk seperti perempuan , mara dan lain sebagainya datang berbondong bondong untuk mencelakai, namun mereka semua tidak sanggup !
Di pagi harinya, Simhamuka Dakini memberitahukan pada sang penerjemah bahwa pendeta Gadengjiebu telah mati muntah darah.
Sebenarnya pendeta sesat itu tidak akan mati jika sang penerjemah tidak menjapa mantranya terlampau banyak, kekuatan mantra yang terlampau besar membuat pendeta sesat itu menelan kembali kutukan keji yang dilontarkannya.
Mendnegar kabar ini, Luozhawa sang penerjemah girang bukan main, namun Arya Dujiedanba justru tidak senang, dia menuding sang penerjemah tidak punya belas kasihan dan berkata :
“Di jaman akhir Dharma, akan ada Guru seperti saya, dan muridnya pasti sepertimu !”
beliau merampas kitab di leher sang penerjemah dan mengusirnya sambil mengatakan bahwa beliau tidak ingin bertemu lagi dengan sang penerjemah .
Namun keyakinan Luozhawa sang penerjemah tetap kuat, dia meninggalkan Vajrasana tempat Sang Guru, sehingga bertahun tahun hidup bergantung dari sedikit makanan yang disembunyikan di pinggang pendamping Guru yang bernama Mahahasama.
12 tahun kemudian Yang Arya mewariskan semua abhiseka Simhamuka Dakini beserta ajaran dan karman kepada sang penerjemah.
Sekembalinya di Tibet , sang penerjemah mewariskan sadhana Simhamuka Dakini kepada pimpinan Lima Tetua Sakya, yaitu Gongganingbu, sehingga sadhana ini menjadi salah satu dari 13 ajaran emas yang tidak pernah keluar dari tembok vihara.
Kemudian para Guru mewariskannya dari generasi ke generasi tanpa terputus sampai sekarang.

Pahala

menurut apa yang tercatat dalam sutra, ada 25 macam manfaat :
1.Mantra ini dapat mengembalikan semua tulah kutukan dan mantra lainnya yang berusaha melukai sadhaka, semua hal yang berupa rintangan dan tidak baik akan dilontarkan kembali pada asalnya.
2.Mampu menaklukkan musuh
3.Bila berada di istana Vajra dan menekuni perlindungan cakra maka akan mampu melindungi diri sendiri dari bahaya alam dan gangguan manusia, makhluk bukan manusia , para setan dan dewa serta lain sebagainya yang berusaha membuat rintangan.
4.Dapat memperoleh panjang usia.
5.Bagaikan mensthanakan Dewa Rejeki, kekayaannya akan terus bertambah.
6.Vasikarananya mampu membuat atasan menyukai.
7.Vasikarananya mampu membuat kerabat dan rekan menyukai.
8.Memperoleh anak cucu.
9.Menurunkan hujan dikala terjadi kekeringan.
10.Menghentikan huja dikala terjadi bencana air.
11.Menghentikan petaka yang berhubungan dengan kekurangan pangan (dijaman dahulu digunakan untuk menghentikan hama).
12.Menyingkirkan bencana musim dingin.
13.Menyingkirkan bencana hujan es.
14.Menghentikan bencana petir.
15.Menyembuhkan penyakit.
16.Menghentikan wabah.
17.Menyingkirkan sakit tenggorokan.
18.Menyembuhkan flu dan sakit panas.
19.Menyembuhkan penyakit cacar.
20.Menyembuhkan penyakit kejiwaan seperti halusinasi dan lain sebagainya.
21.Menyingkirkan penyakit daerah kepala, seperti pusing2 dsb.
22.Menyingkirkan penyakit mudah lupa.
23.Menyingkirkan bencana senjata.
24.Terhindar dari stroke dan lain sebangsanya.
25.Terhindar dari bencana perampokan.

Om Mani Padme Hum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar